Tanaman Paria

A. Klasifikasi Ilmiah

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Violales

Famili : Cucurbitaceae

Genus : Momordica

Spesies : Momordica charantia


Nama Momordica yang melekat pada penamaan binomial tanaman ini dalam bahasa latin berarti "gigitan" yang menunjukkan pemerian tepi daun tanaman dalam marga Momordica yang bergerigi menyerupai bekas gigitan.


B. Morfologi

Paria tumbuh merambat dengan membentuk sulur spiral. Paria adalah sejenis tumbuhan merambat dengan buah yang panjang dan runcing pada ujungnya serta permukaan bergerigi. Paria tumbuh baik di dataran rendah dan dapat ditemukan tumbuh liar di tanah terlantar, tegalan, dibudidayakan, atau ditanam di pekarangan dengan dirambatkan di pagar. Tanaman ini tumbuh merambat atau memanjat dengan sulur berbentuk spiral banyak bercabang, berbau tidak enak serta batangnya berusuk isma. Daun tunggal, berbulu, bertangkai dan letaknya berseling, berbentuk bulat panjang, dengan panjang 3,5 - 8,5 cm, lebar 4 cm, berbagi menjari 5-7, pangkalnya berbentuk jantung, serta warnanya hijau tua. Bunga merupakan bunga tunggal, berkelamin dua dalam satu pohon, bertangkai panjang, mahkotanya berwarna kuning. Buahnya bulat memanjang, dengan 8-10 rusuk memanjang, berbintil-bintil tidak beraturan, panjangnya 8-30 cm, rasanya pahit, warna buah hijau, bila masak menjadi oranye yang pecah dengan tiga daun buah.


C. Kandungan Kimia

Secara garis besar Tanaman Pare mengandung :

Buah : mengandung albuminoid, karbohidrat, dan pigmen.

Daun : mengandung momordisina, momordina, carantina, resin, dan minyak lemak

Akar : mengandung asam danasam oleanolat,

Biji : mengandung saponin, alkaloid, triterpenoid dan asam momordial.


D. Kegunaan

- Pengobatan

Di negara-negara Asia Timur, sepertiJepang, Korea, danCina, paria dimanfaatkan untuk pengobatan, antara lain sebagai obat gangguan pencernaan, obat disentri, bisul, obat pencahar, kencing Manis, bisul, cacing kremi, mbeien, penyakit kulit dan perangsang muntah, dll, bahkan telah diekstrak dan dikemas dalam kapsul sebagai obat herbal/jamu.


E. Cara penggunaan

Ada beberapa khasiat Tanaman Paria atau Pare, diantaranya :

a. Khasiat Buah

1. Disentri

Sediakan 2 buah pare segar, cuci lalu potong-potong. Tambahkan seperempat gelas air bersih, lalu diblender. Seduh dan peras. Silakan diminum 2 kali sehari.

2. Kencing Manis

Ambil 2 buah pare, cuci dan lumatkan. Tambahkan setengah gelas air bersih. Aduk dan peras. Minum sehari sebanyak 1 ramuan. Diulang selama 2 minggu.

3. Penambah ASI

Ambil 1 buah pare, cuci bersih, lalu rebus beberapa menit. Dipakai sebagai lalap.

4. Bisul

Buah pare dipakai sebagai obat luar. Ambil 1 buah segar lantas dilumatkan. Borehkan pada bagian yang terkenal bisul.

5. Bronkhitis

Sediakan 2-3 buah pare, lalu diambil sarinya. Berikan 1 sendok makan madu. Minum sekali sehari. Lakukan selama 3 bulan. Resep ini juga baik untuk menyembuhkan anemia, radang perut, sakit pada hati, nyeri haid, reumatik, dan melangsingkan tubuh.


b. Khasiat Daun

1. Bisul dan cacing kremi

Sediakan 1 genggam daun segar, diberi seperempat cangkir air bersih, lalu blender. Saring dengan kain kasa. Jika perlu, tambahkan sedikit garam, gula aren secukupnya, dan jeruk nipis. Minum sekali sehari seperempat cangkir. Lakukan selama 1 minggu.

2. Demam nifas

Ambil 3 daun pare segar, cuci bersih, dan lumatkan. Tambahkan segelas air dan sedikit garam, lalu seduh. Peras dan saring, lalu minum 2 kali sehari sebanyak setengah gelas.

3. Penambah ASI

Sediakan 2 daun pare lalu panaskan beberapa saat. Kompreskan pada payudara.

4. Sakit pada hati

Sediakan 6 gram daun pare segar, 5 gram rimpang temulawak, dan 110 ml air. Didihkan semua bahan selama 15 menit, lalu saring dengan kain kasa, dan peras. Minumlah sekali sehari. Ulangi selama 2 minggu.

5. Rambut Subur

Ambil beberapa helai daun pare segar, cuci bersih lalu remas-remas. Cukup dioleskan ke kulit kepala anak.

6. Batuk

Pilihlah 7 daun pare segar, lantas seduh dengan 2 sendok makan air bersih. Setelah itu, peras dan saring. Minum 2 kali sehari.

7. Bekas luka

Cuci bersih segenggam daun pare segar, lalu lumatkan. Tambahkan air panas sedikit, lalu peras. Campur air perasan dengan 2 sendok makan tepung beras, lalu aduk sampai merata. Borehkan pada bagian bekas luka setiap hari.

8. Wasir

Ambil 5 daun pare segar, tambahkan seperempat gelas air, didihkan dan peras. Ambil 3 sendok air perasan ini, lalu dicampur dengan segelas yoghurt cair. Minum setiap pagi.

9. Kemandulan

Sediakan 27 gram sari daun pare segar, 7 butir lada hitam, 3 siung bawang putih, dan 27 gram gula jawa. Semua bahan dilumatkan, lalu tambahkan segelas air bersih. Didihkan dan peras. Minum air perasan setiap hari selama 3-4 bulan.

10. Penyakit kulit

Buatlah 1 cangkir sari daun pare. Caranya, ambil 3 helai daun pare ditambah satu setengah cangkir air. Didihkan dan peras. Campur air perasan berupa sari ini dengan sesendok air jeruk. Minum sekali sehari.

11. Rabun malam

Sari daun pare dioleskan di sekitar mata.


C. Khasiat Akar

1. Disentri Amoeba

Ambil segenggam akar pare, tambahkan segelas air bersih. Didihkan dan peras. Minum sekali sehari.

2. Ambeien

Ambil akar pare, cuci bersih, lantas lumatkan. Oleskan ramuan ini pada ambeien.


Berbagai sumber…

Farmakologi dan Toksikologi

Farmakologi berasal dari kata pharmacon (obat) dan logos (ilmu pengetahuan). Farmakologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari obat dan cara kerjanya pada system biologis.
Farmakologi Klinik adalah ilmu farmakologi yang mempelajari pengaruh kondisi klinis pasien terhadap efikasi obat, misalkan kondisi hamil dan menyusui, neonates dan anak, geriatric, inefisiensi ginjal dan hepar.

Farmakokinetika merupakan aspek farmakologi yang mencakup nasib obat dalam tubuh yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresinya (ADME). Obat yang masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian umunya mengalami absorpsi, distribusi, dan pengikatan untuk sampai di tempat kerja dan menimbulkan efek. Kemudian dengan atau tanpa biotransformasi, obat diekskresi dari dalam tubuh. Seluruh proses ini disebut dengan proses farmakokinetika dan berjalan serentak.

Absorpsi dan Bioavailabilitas
Kedua istilah tersebut tidak sama artinya. Absorpsi, yang merupakan proses penyerapan obat dari tempat pemberian, menyangkut kelengkapan dan kecepatan proses tersebut. Kelengkapan dinyatakan dalam persen dari jumlah obat yang diberikan. Tetapi secara klinik, yang lebih penting ialah bioavailabilitas. Istilah ini menyatakan jumlah obat, dalam persen terhadap dosis, yang mencapai sirkulasi sistemik dalam bentuk utuh/aktif. Ini terjadi karena untuk obat-obat tertentu, tidak semua yang diabsorpsi dari tempat pemberian akan mencapai sirkulasi sestemik. Sebagaian akan dimetabolisme oleh enzim di dinding ususpada pemberian oral dan/atau di hati pada lintasan pertamanya melalui organ-organ tersebut. Metabolisme ini disebut metabolisme atau eliminasi lintas pertama (first pass metabolism or elimination) atau eliminasi prasistemik. Obat demikian mempunyai bioavailabilitas oral yang tidak begitu tinggi meskipun absorpsi oralnya mungkin hampir sempurna. Jadi istilah bioavailabilitas menggambarkan kecepatan dan kelengkapan absorpsi sekaligus metabolisme obat sebelum mencapai sirkulasi sistemik.Eliminasi lintas pertama ini dapat dihindari atau dikurangi dengan cara pemberian parenteral (misalnya lidokain), sublingual (misalnya nitrogliserin), rektal, atau memberikannya bersama makanan.

Farmakognosi Pala (Myristica fragrans Houtt.)

BAB 1

PENDAHULUAN

Obat tradisional merupakan produk yang dibuat dari bahan alam yang jenis dan sifat kandungannya sangat beragam. Obat tradisional sudah dikenal dan digunakan di seluruh dunia sejak beribu tahun yang lalu. Di Indonesia, penggunaan obat alami yang lebih dikenal sebagai jamu, telah meluas sejak zaman nenek moyang hingga kini dan terus dilestarikan sebagai warisan budaya. Bahan baku obat alami ini, dapat berasal dari sumber daya alam biotik maupun abiotik

Salah satu ilmu yang mempelajari tentang bagian-bagian tanaman atau hewan yang dapat digunakan sebagai obat alami disebut Farmakognosi. Farmakognosi berasal dari bahasa latin dan pertama kali ditemukan oleh C.A. Seyoler di dalam disertasinya yang berjudul Analecta pharmacognostica pada tahun 1815. Pharmakon berarti obat dan gnosis adalah pengetahuan. Didalam mempelajari dan mendalami materia medika tersangkut dan terkumpul beberapa pengetahuan lain yang diperlukan untuk secara detail mengetahui sifat-sifat dari obat-obatan terutama yang berasal dari tumbu-tumbuhan dan hewan.

Farmakognosi merupakan salah satu ilmu yang mempelajari tentang bagian-bagian tanaman yang dapat digunakan sebagai obat alami yang telah melewati berbagai macam uji seperti uji farmakodinamik, uji toksikologi dan uji biofarmasetika. Farmakognosi juga mempelajari tentang bahan-bahan farmasetis yang berasal dari makhluk hidup, meliputi biosintesanya, identifikasionya dan penentuan kadar secara kuantitatip didalam bahan alam dari mana bahan tersebut berasal, juga cara isolasinya, struktur kimiawi, sifat-sifat fisis dan kimiawinya dan juga penggunaan dan cara kerjanya. Pengetahuan ini akhir-akhir ini dikenal sebagai fitokimia atau Plantchemistry. Juga termasuk didalam farmakologi cara-cara penamaan, seleksi, pengumpulan, produksi pengawetan, menyimpan dan perdagangan dari bahan obat yang berasal dari makhluk hidup dan mineral-mineral.

Pala (Myristica fragrans Houtt) merupakan tanaman obat tradisional yang dipercaya masyarakat dapat digunakan sebagai obat. Ada tiga bagian dari buah pala yang bernilai ekonomis tinggi. Pertama daging buah yang berwarna keputihan. Berikutnya adalah fuli, sebagian orang menyebutnya dengan bunga pala. fuli banyak digunakan sebagai bumbu masakan atau diekstrak sarinya menjadi bahan baku kosmetika dan parfum. Terakhir Bagian biji yang berwarna kecoklatan, pada bagian ini paling banyak dimanfaatkan. Dihaluskan menjadi beragam bumbu masak , parfum, kosmetik, minyak atsiri, bahan pengawet dll.

Adapun maksud dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui dan memahami data farmakognosi, uji mikroskopik dan uji makroskopik serta uji identifikasi kimia pada tanaman pala (Myristica fragrans Houtt.) untuk penggunaan obat tradisional.

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui dan memahami data farmakognosi, uji mikroskopik dan uji makroskopik serta uji identifikasi kimia pada tanaman pala (Myristica fragrans Houtt.) untuk penggunaan obat tradisional.

Prinsip dari percobaan ini yaitu pengujian simplisia tanaman pala (Myristica fragrans Houtt) secara makroskopik dan mikroskopik untuk mengetahui dan memahami fragmen-fragmen simplisia serta uji identifikasi kimia simplisia tanaman pala (Myristica fragrans Houtt.) untuk mengetahui kandungan zat yang terdapat dalam simplisia guna mendukung obat tradisional.



BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Ringkas

Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah dilakukan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad yang lalu. Di Indonesia, penggunaan obat tradisional yang lebih dikenal sebagai jamu, telah meluas sejak zaman nenek moyang hingga kini dan terus dilestarikan sebagai warisan budaya. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman .

Ilmu yang mempelajari tentang bagian-bagian tanaman atau hewan yang dapat digunakan sebagai obat alami disebut Farmakognosi. Farmakognosi juga mempelajari tentang bahan-bahan farmasetis yang berasal dari makhluk hidup, meliputi dimana terdapat didalam, biosintesanya, identifikasionya dan penentuan kadar secara kuantitatip didalam bahan alam dari mana bahan tersebut berasal, juga cara isolasinya, struktur kimiawi, sifat-sifat fisis dan kimiawinya dan juga penggunaan dan cara kerjanya. Pengetahuan ini akhir-akhir ini dikenal sebagai fitokimia atau Plantchemistry .

Tanaman pala (Myristica fragrans houtt) adalah tanaman asli Indonesia yang berasal dari pulau Banda. Pala dikenal sebagai tanaman rempah yang memiliki nilai ekonomis dan multi guna karena setiap bagian tanaman dapat dimanfaatkan dalam berbagai industri. Bagian buah pala yang paling tinggi nilai ekonominya adalah biji dan fuli. Selain sebagai bumbu dalam masakan buah pala ternyata juga dapat digunakan sebagai ramuan obat-obatan tradisional yang dapat diterapkan pada jenis-jenis penyakit tertentu .



B. Uraian Simplisia

Nama Umum : Buah Pala

Nama ilmiah : Myristica fragrans Houtt.

Nama asing : Nutmeg (Inggris)

Nama Daerah : Pala (sunda), falo (Nias), pala (Melayu), palangana

(Makassar), bubula, bubura, palo (Timor), Palalao (Nusa laut), gosora (Halmahera)

Pemerian : Bau khas aromatik, rasa agak pahit,, agak pedas dan agak menimbulkan rasa tebal di lidah

Kadar minyak atsiri : tidak kurang dari 3 % v/b

Makroskopik : bentuk inti biji bulat telur, panjang 2 cm sampai 3 cm, lebar 1,5 cm sampai 2 cm. Warna permukaan luar coklat muda sampai coklat kelabu dengan bintik dan garis-garis kecil berwarna coklat tua sampai coklat tuia kemerahan. Permukaan luar juga beralur dangkal yang berupa anyaman jala.


C. Kandungan Kimia dan Kegunaan

1. Kandungan Kimia

Buah pala mengandung senyawa-senyawa kimia yang bermanfaat untuk kesehatan. Kulit dan daging buah pala mengandung minyak atsiri dan zat samak. Sedangkan fuli atau bunga pala mengandung minyak atsiri, zat samak dan zat pati. Sedangkan dari bijinya sangat tinggi kandungan minyak atsiri, saponin, elemisi, enzim lipase, pektin, lemonena dan asam oleanolat. Biji pala juga mengandung minyak menguap (miristin, pinen, kamfen, dipenten, safrol, eugenol, iso eugenol dan alcohol), gliserida (asam miristinat, asam oleat, borneol dan giraniol), protein,lemak, pati dan gula, vitamin A, B1 dan C. Minyak tetap mengandung trimyristin.

Biji pala dikenal sebagai Myristicae Semen yang mengandung biji Myristica fragrans dengan lapisan kapur, setelah fulinya disingkirkan. Bijinya mengandung minyak terbang, dan memiliki wangi dan rasa aromatis yang agak pahit. Sebanyak 8 - 17% minyak terbang yang ditawarkan merupakan bahan yang terpenting pada fuli.


2. Kegunaan

PaIa dikenal sebagai obat pelepas kelebihan gas di usus dan sebagai obat perut. Kulit dan daunnya mengandung minyak terbang dengan wangi pala yang menyenangkan. Pala Irian dipakai sebagai obat pencahar sedangkan pala jantan dipakai sebagai obat rnencret dan obat perangsang. Bunga kering (kembang Pala) dipakai pada pelbagai campuran jamu.

Kegunaan khusus dari biji Pala, yang dikenal sebagai Nux moschata M.moschata adalah sebagai obat homoeo-pathi. Biji kerasnya setelah dicuci untuk menghilangkan kapurnya, dibuat menjadi tinktur (direndam dalam alkohol) atau tepung. Obat homoeopathis berguna untuk mengobati sakit histeri, sembelit, mencret dan penyakit sulit tidur atau perut kembung.

Jika takaran biji pala terlampau tinggi maka akan menimbulkan efek merangsang (hampir mendekati keracunan), karena biji pala menimbulkan efek membius dan menimbulkan rangsangan yang kuat pada urat-saraf disusul oleh depresi dan tanda-tanda keracunan seperti sakit kepala, kejang, halusinasi, pusing kepala, runtuh, dan sebagainya. Biji pala menyebabkan rasa ngantuk, kulit dan selaput lindir kering, gemetaran, hilang ingatan dan rasa berat di kepala

Asam miristat merupakan komponen utama dalam biji pala. Sekitar 76,6 % kandungan asam miristat dalam biji pala. Pada percobaan kali ini untuk mendapatkan asam miristat dilakukan dengan cara ekstraksi soxhlet dari biji pala .


D. Cara Penggunaan Dalam Obat Tradisional

1. Maag

Ramuan : Biji pala (serbuk) 1 gram, buah pisang batu (serbuk) 6 gram air 100 ml.

Cara pernbuatan : diseduh.

Cara pemakaian : Diminum 1 kali sekali 100 ml.

Lama pengobatan : Diulang selama 30 hari.

2. Menghentikan Muntah dan Mulas

Ramuan : Biji Pala (serbuk) 1 sendok teh, garam sedikit, air secukupnya.

Cara pembuatan : Diseduh.

Cara pemakaian : Diminum bersama ampasnya

3. Suara Parau (Serak)

Ramuan : Biji pala (serbuk) 2 butir, rimpang jahe (dikukur) 3 rimpang, bunga kuncup cengkih (serbuk) 7 biji, air 50 ml

Cara pembuatan : Diseduh.

Cara pemakaian : Diborehkan pada leher; bila perlu, ditambah minyak kayu putih sedikit.

Lama pengobatan : Diperbarui setiap 3 jam.

Peringatan : Tidak dianjurkan penggunaan dengan takaran berlebihan.

4. Mengobati bengkak dan keseleo.

Ramuan : Biji pala

Cara pembuatan : Dengan memarut beberapa buah biji pala, hasil parutan kemudian dicampur dengan air hangat secukupnya. Perhatikan agar tidak terlalu cair.

Cara pemakaian : Dibalurkan secara merata pada bagian tubuh yang sakit. Jika terlihat hampir kering bubuhkan lagi.

Lamapen gobatan : lakukan secara terus-menerus hingga bengkak atau keseleo berkurang.

5. Mengatasi nyeri haid

Ramuan : siapkan ½ sendok teh pala halus, kunyit ± 2 cm, ketumbar sebanyak 6 butir cengkeh 1 buah.

Cara pembuatan : rebus semua bahan tersebut air sebanyak 1 gelas. Jika air rebusan telah berkurang ½ maka sudah bisa diangkat dan kemudian disaring. Air rebusan yang sudah disaring.

Cara pemakaian : langsung diminum dalam kondisi hangat.


E. Morfologi dan Klasifikasi

1. Morfologi

Buah pala berasal dari keluarga Myristicaceae. Tumbuhan ini berumah dua (dioecious) sehingga dikenal pohon jantan dan pohon betina. Pohon, tinggi 5 -18 m. Daun bulat telur atau elips memanjang, pangkal runcing, ujung runcing, sis bawah hijau kebiruan pucat, sisi atas hijau tua, 5 - 15 kali 3 - 7 cm, waktu diremas bau harum. Bunga kuning, pada pangkal dengan daun pelindung yang membulat, bunga jantan 1 - 20 dan yang betina 1 - 2 menjadi satu dalam malai yang gundul dan bercabang sedikit, yang tumbuh muncul sedikit di atas ketiak daun. Bunga jantan bentuk periuk, panjang 7 - 9 mm, dengan taju yang segi tiga, tiang benang sari lebih daripada separuh yang atas tertutup oleh kepala sari yang berbentuk garis yang banyak. Bunga betina lebih besar. Buah bentuk buah pir lebar, 4 - 6 kali 3 - 5,5 cm, gundul, kuning kecoklatan-oranye, berdaging dan beraroma khas karena mengandung minyak atsiri pada daging buahnya. Bila masak, kulit dan daging buah membuka dan biji akan terlihat terbungkus fuli yang berwarna merah. Biji bergaris-garis, berbau harum, keseluruhan dibungkus oleh selubung biji merah yang terbagi dalam taju-taju yang banyak. Dari Maluku, banyak ditanam untuk buahnya.


2. Klasifikasi

Klasifikasi tanaman pala (Myristica fragrans Houtt)

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Magnoliales

Famili : Myristicaceae

Genus : Myristica

Spesies : Myristica fragrans Houtt



BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat-alat Yang Digunakan

a. Botol sampel

b. Bunsen

c. Cutter Pipet

d. Deck glass

e. Gegep

f. Gelas kimia

g. Lap halus

h. Lap kasar

i. Mikroskop

j. Objeck glass

k. Pinset

l. Rak tabung

m. Saringan

n. Sendok tanduk

o. Silet

p. Spirtus

q. Tabung kimia

r. Toples plastik


2. Bahan-bahan Yang Digunakan

a. Aquadest

b. Air panas

c. Alkohol 70 %

d. Asam klorida P

e. Asam klorida 0,5 N

f. Asam sulfat

g. Besi (III) klorida 1%

h. Etanol

i. Herbarium basah

j. Herbarium kering

k. Metilen blue

l. Molish

m. Natrium hidroksida 0,1 N

n. Tanaman pala (Myristica fragrans Houtt.)

o. Tissu

p. Vanilin 10 %

q. Yodium 0,1 M


B. Cara Kerja

1. Pengambilan dan Pengolahan Simplisia

a. Pengambilan simplisia

Sampel tanaman pala (Myristica fragrans Houtt.) diambil pada pagi hari mulai dari pukul 08.00 – 10.00 pagi karena pada pagi hari tumbuhan melakukan proses fotosintesis. Cara pengambilan daun pala yaitu dengan memilih daun yang sudah dewasa, antara daun yang mudah dan daun yang sudah tua. Sedangkan untuk pengambilan biji pala yaitu dengan memilih buah yang sudah masak. Serta memperhatikan kondisi tanaman yang segar supaya mendapatkan hasil yang maksimal, kemudian dimasukkan kedalam wadah yang kondisinya bersih.

b. Pengolahan simplisia

Daun dan buah tanaman pala (Myristica fragrans Houtt.) yang diambil tadi dibersikan supaya kotoran – kotoran yang melekat pada daun dan buah hilang. Buah yang sudah masak dibelah dan antara daging buah, fuli dan bijinya dipisahkan. Setiap bagian buah pala tersebut ditaruh pada wadah yang kondisinya bersih dan kering. Biji dijemur dengan panas matahari pada lantai jemur / tempat lainnya. Biji-biji pala yang sudah kering, kemudian dipukul dengan kayu supaya kulit buijinya pecah dan terpisah dengan isi biji. Isi biji yang telah keluar dari cangkangnya kemudian dikeringkan lagi. Setelah kering, isi bijinya siap untuk pembuatan haksel dan serbuk.


2. Pembuatan Herbarium

a. Pembuatan herbarium basah

Bagian tanaman pala (Myristica fragrass Houtt.) yang digunakan dalam pembuatan herbarium adalah daun pala. Daun pala (Myristicae Folium) segar yang telah dipetik dan dibersihkan dari benda-benda asing diambil 5 helai, setelah itu dimasukkan kedalam toples plastik, lalu rendam dengan alkohol 70% dan ditutup rapat selama 1 bulan. Setelah beberapa lama daun pala mengalami perubahan warna karena klorofilnya telah larut.

b. Pembuatan herbarium kering

Pembutan herbarium kering dilakukan dengan cara diambil dari semua bagian tanaman mulai dari akar, batang, daun serta buah sebagai perwakilan dari tanaman pala. Selanjutnya diletakkan di atas tripleks lalu ditutupi dengan kertas koran dan diberi perekat dengan tujuan pada saat pengeringan daun terbuka lebar. Kemudian diletakkan di bawah benda dengan daya beban agar dapat kering dengan rata. Setelah kering tanaman yang berupa herbarium tersebut dibingkai dengan rapi serta diberi keterangan dan fungsi dari perwakilan tanaman pala.


3. Pembuatan Haksel

Dalam pembuatan haksel bagian tanaman pala yang digunakan adalah biji pala (Myristicae semen). Isi biji yang telah keluar dari cangkangnya dipotong bagi empat. kemudian dikeringkan Setelah itu dimasukkan kedalam botol sampel.


4. Pembuatan Serbuk

Biji pala yang sudah dikeringkan terlebih dahulu kemudian ditumbuk sampai halus menggunakan penumbuk untuk mendapatkan serbuk. Lalu diayak untuk mendapatkan serbuk halus. Serbuk yang telah halus kemudian disimpan pada 2 wadah pot plastik 100 mg.


5. Pemeriksaan Mikroskopik dan Makroskopik

a. Pemeriksaan mikroskopik

Penampang melintang

1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.

2. Diambil sampel daun tanaman pala (Myristica fragrass Houtt) dari rendaman alkohol menggunakan pinset. Kemudian diiris secara melintang dengan menggunakan gabus dan silet lalu diletakkan di atas objeck glass.

3. Ditetesi dengan aquadest 1-3 tetes kemudian ditutup dengan deck glass.

4. Difiksasi dengan lampu spirtus.

5. Diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 10x. Diamati fragmen-fragmen pada bagian daun lalu digambar serta diberi keterangan.

b. Pemeriksaan makroskopik

1. Morfologi

Disiapkan bahan sampel yang masih utuh untuk diamati bentuk luar atau morfologinya mulai dari daun, akar, batang, buah.

2. Organoleptis

Disiapkan bahan sampel haksel dan serbuk. Dimbil masing-masing sampel secukupnya. Kemudian diamati bau, bentuk, warna dan rasa dari sampel tersebut dengan cara mencium dan mencicipi. Lalu catat hasil pengamatan tersebut.


6. Pemeriksaan Identifikasi Kimia

a. Reaksi identifikasi terhadap pati

Dimasukkan sampel serbuk biji pala secukupnya ke dalam tabung reaksi dan tambahkan pereaksi yodium lalu dikocok dan diamati. Apabila terjadi warna biru, maka sampel positif mengandung pati.

b. Reaksi identifikasi terhadap saponin

Dimasukkan sampel serbuk biji pala secukupnya ke dalam tabung reaksi dan tambahkan air panas lalu dikocok dan diamati. Apabila terdapat busa, maka sampel positif mengandung saponin.

c. Reaksi identifikasi terhadap aleuron

Dimasukkan sampel serbuk biji pala secukupnya ke dalam tabung reaksi dan tambahkan pereaksi yodium 0,1 M lalu kocok dan diamati. Apabila terjadi warna kuning coklat, maka sampel positif mengandung aleuron.

d. Reaksi identifikasi terhadap lendir

Dimasukkan sampel serbuk biji pala secukupnya ke dalam tabung reaksi dan tambahkan etanol dan metilen blue lalu kocok dan amati. Apabila terjadi warna biru, maka sampel positif mengandung lendir.

e. Reaksi identifikasi terhadap katekol

Dimasukkan sampel serbuk biji pala secukupnya ke dalam tabung reaksi dan tambahkan pereaksi FeCl3 1%, lalu kocok dan amati. Apabila terjadi warna biru hitam maka sampel positif mengandung katekol.

Dimasukkan sampel serbuk biji pala secukupnya ke dalam tabung reaksi dan tambahkan pereaksi Vanilin 10% dan HCl P, lalu kocok dan amati. Apabila terjadi warna merah intensif maka sampel positif mengandung katekol.

Dimasukkan sampel serbuk secukupnya ke dalam tabung reaksi dan tambahkan pereaksi asam sulfat, lalu kocok dan amati. Apabila terjadi warna merah ungu maka sampel positif mengandung katekol.

f. Reaksi identifikasi glikosida

Dimasukkan sampel serbuk biji pala secukupnya ke dalam tabung reaksi dan tambahkan pereaksi FeCl3 1% dan HCl P lalu kocok dan amati. Apabila terjadi warna coklat keunguan maka sampel positif mengandung glikosida.

g. Reaksi identifikasi fenol

Dimasukkan sampel serbuk biji pala secukupnya ke dalam tabung reaksi dan tambahkan pereaksi FeCl3 1%, lalu kocok dan amati. Apabila terjadi warna biru ungu maka sampel positif mengandung fenol.

h. Reaksi identifikasi tanin

Dimasukkan sampel serbuk biji pala secukupnya ke dalam tabung reaksi dan tambahkan pereaksi FeCl3 1%, lalu kocok dan amati. Apabila terjadi warna biru ungu maka sampel positif mengandung tanin.

Dimasukkan sampel serbuk secukupnya ke dalam tabung reaksi dan tambahkan pereaksi NaOH 0,1 N, lalu kocok dan amati. Apabila terjadi warna merah coklat maka sampel positif mengandung tanin.

Dimasukkan sampel serbuk secukupnya ke dalam tabung reaksi dan tambahkan pereaksi H2SO4 P, lalu kocok dan amati. Apabila terjadi warna merah ungu maka sampel positif mengandung tanin.

i. Reaksi identifikasi alkaloid

Dimasukkan sampel serbuk biji pala secukupnya ke dalam tabung reaksi dan tambahkan pereaksi HCl 0,5 N, lalu kocok dan amati. Apabila terjadi warna endapan coklat maka sampel positif mengandung alkaloid.

j. Reaksi identifikasi karbohidrat

Dimasukkan sampel serbuk biji pala secukupnya ke dalam tabung reaksi dan tambahkan pereaksi Molish, lalu kocok dan amati. Apabila terjadi cincin warna kuning maka sampel positif mengandung karbohidrat.